TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah kondisi global cukup menekan dunia keuangan, kini Bank Indonesia (BI) melihat tekanan berganti ke sisi perdagangan di negara emerging market, khususnya Indonesia.
"Dunia tidak ramah berpindah dari finansial ke trade," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Senin (4/3).
Kondisi ini dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global, terutama perlambatan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Terutama keduanya terlibat dalam perang dagang.
AS tahun lalu tumbuh cukup agresif di angka 2,9%. Kendati demikian, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini hanya tumbuh 2,3%.
Baca: Partai Demokrat Tunggu Pernyataan Kepolisian Soal Kabar Penangkapan Andi Arief
Sedangkan tahun 2020 turun menjadi 2%. "Ekonomi AS di atas 2,2% sudah boom," jelas Perry.
Perlambatan ekonomi AS, jelas Perry, juga disebabkan karena Trump melakukan injeksi fiskal yang dampaknya ke pertumbuhan hanya bertahan dalam waktu singkat. Apalagi, saat ini injeksi fiskal tidak dapat dilakukan karena adanya government shutdown.
Sedangkan ekonomi China juga terus menunjukkan perlambatan ekonomi. Tahun lalu tumbuh 6,6%, sedangkan tahun ini diproyeksikan 6,4% dan tahun depan turun menjadi 6,3%. China mengalami deleveraging.
Perlambatan di dua negara tersebut membuat ekspor Indonesia ke China dan AS ikut kena imbasnya.
Apalagi, jelas Perry, salah satu ekspor manufaktur terbesar ke pasar AS, dan salah satu ekspor komoditas terbesar Indonesia ke China.
Berita Ini Sudah Dipublikasikan di KONTAN, dengan judul: Gubernur BI Perry sebut Indonesia akan hadapi tekanan perdagangan
http://www.tribunnews.com/bisnis/2019/03/04/bi-indonesia-akan-hadapi-tekanan-perdagangan
No comments:
Post a Comment