Di bangunan kotor di Caracas, Hugo Chávez seolah masih hidup. Patung mendiang presiden Venezuela tersebut, dengan mengenakan seragam militer, berdiri di sudut ruang utama, seperti menyambut semua pengunjung.
Terpasang di dinding lusuh, foto dirinya terlihat tersenyum, dicetak pada bendera nasional kuning, biru dan merah, di atas meja di mana Subero dan rekan-rekannya mengadakan pertemuan selama berjam-jam.
Ikatan puluhan tahun Subero dengan Chávez melampaui ideologi.
Sersan purnawirawan berusia 47 tahun tersebut telribat dalam aksi pimpinan Chávez pada tanggal 4 Februari 1992 untuk menggulingkan Presiden Carlos Andrés Pérez.
Usaha tersebut gagal dan Subero, Chávez dan orang-orang lainnya dipenjara selama bertahun-tahun.
Tetapi kesetiaan Subero terhadap pemimpinnya tidak pernah goyah.
Dia sekarang memimpin salah satu kelompok bernama colectivos, yang memandang diri mereka sebagai pembela revolusi Bolivar Chávez dan bersumpah untuk membela penggantinya, Presiden Nicolás Maduro, yang sedang menghadapi tantangan terbesarnya.
Pemimpin ini sedang berjuang menolak terus meningkatnya tekanan untuk mundur dan melakukan pemilihan umum dini, sementara Juan Guaidó, pimpinan National Assembly yang dikuasai pihak oposisi, mendapatkan pengakuan dunia setelah menyatakan diri sebagai presiden sementara.
Tetapi Subero dan banyak orang lain di colectivo -nya, yang secara tidak sengaja bernama 4 de Febrero, siap membela Maduro yang sudah berkuasa sejak tahun 2013.
"Saya siap berperang sampai saya meninggal," kata Subero.
http://www.tribunnews.com/internasional/2019/02/07/krisis-venezuela-orang-orang-yang-siap-mati-untuk-presiden-maduro
No comments:
Post a Comment