TRIBUNNEWS.COM, PALU - Datang menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Mamuju, Sulawesi Barat, Tribun yang juga bekerjasama dengan Dompet Dhuafa mengarungi perjalanan darat menuju Palu Sulawesi Tengah.
Tidak banyak hal yang dapat terlihat ketika Tribun melalui jalan trans Sulawesi yang sudah diaspal secara baik.
Hanya, semakin larut, dengung sirine Ambulance berkali-kali terdengar disertai tiga sampai empat mobil di belakangnya.
Setelah empat jam perjalanan, sopir yang membawa Tribun dan tim dari Dompet Dhuafa, Nunu mulai gundah.
Beberapa kali dia menelepon sesama sopir lainnya.
"Bagaimana? Bisa masuk kah?" tanya dia di sambungan telepon dengan logat Sulawesi yang khas saat mulai masuk ke Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Jumat (5/10/2018) dini hari.
Belum sempat kami bertanya, dia menengok ke arah belakang dan bertanya "Dikawal tidak sih?" ucapnya kepada kami.
Pria asal Majene itu menceritakan bahwa untuk membawa logistik masuk ke perbatasan Sulawesi Tengah, harus ada pengawalan dari pihak aparat untuk mengantar hingga Kota Palu.
Jika tidak, maka hal yang tidak diinginkan seperti penghentian paksa dan penjarahan oleh masyarakat sekitar bisa saja terjadi.
Atas dasar keselamatan, akhirnya Tribun dan tim memilih untuk sejenak menunggu pagi di Masjid Raya Pasangkayu.
http://www.tribunnews.com/nasional/2018/10/06/bawa-bantuan-logistik-melintasi-perbatasan-sulteng-menunggu-matahari-terbit-jika-tak-ingin-diadang
No comments:
Post a Comment